Agar Tidak Tertinggal Zaman, Tapi Tetap Taat Tuhan

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang semakin pesat, umat Islam dituntut untuk mampu menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu duniawi. Ilmu agama adalah pondasi yang menjaga arah hidup manusia agar tetap berada di jalan yang diridhai Allah, sementara ilmu perkembangan zaman, seperti teknologi dan sains, adalah alat yang bisa digunakan untuk mempermudah hidup dan mengembangkan peradaban. Keseimbangan keduanya bukanlah pilihan, tetapi keharusan bagi setiap muslim yang ingin hidup bermartabat dan berkontribusi nyata dalam kehidupan.
Ilmu agama memberikan cahaya dalam kegelapan. Ia membimbing manusia untuk mengenal Tuhannya, memahami hakikat hidup, dan menjalani kehidupan dengan penuh nilai dan adab. Dengan ilmu agama, seseorang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga bijak dalam bersikap dan mulia dalam akhlak. Namun, di sisi lain, perkembangan zaman menuntut kita untuk tidak tertinggal dalam bidang teknologi, informasi, komunikasi, dan ekonomi. Tanpa penguasaan terhadap ilmu-ilmu ini, umat Islam bisa menjadi penonton bahkan korban dari kemajuan yang tidak mereka kuasai.
Al-Qur’an sendiri mendorong umat Islam untuk berpikir dan berilmu. Dalam banyak ayat disebutkan tentang pentingnya ilmu dan akal, seperti dalam firman Allah ﷻ:
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" QS. Az-Zumar (39), ayat 9.
Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu dalam pandangan Islam, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum yang bermanfaat. Islam tidak membenturkan antara keduanya, justru mengintegrasikannya dalam kehidupan.
Di masa Rasulullah ﷺ dan para sahabat, banyak teladan yang menunjukkan bahwa ilmu agama dan ilmu dunia dapat berjalan beriringan. Khalifah Umar bin Khattab RA misalnya, selain ahli ibadah, juga seorang pemimpin yang cerdas dalam mengatur negara dan strategi militer. Ibnu Sina dan Al-Khawarizmi adalah contoh ulama yang sukses menguasai ilmu agama dan ilmu eksakta. Mereka menjadi simbol keseimbangan ilmu yang menghasilkan kontribusi besar terhadap dunia.
Namun sayangnya, hari ini masih banyak yang memisahkan atau bahkan mempertentangkan antara ilmu agama dan ilmu dunia. Ada yang hanya mengejar ilmu dunia dan melupakan agama, sehingga hidupnya tanpa arah dan nilai. Ada pula yang hanya fokus pada ilmu agama, namun tidak memahami realitas dan kebutuhan zaman. Keduanya berisiko membawa umat pada ketertinggalan, bahkan konflik internal yang tak kunjung selesai.
Keseimbangan itu penting agar umat Islam tidak hanya menjadi ahli ibadah di masjid, tetapi juga menjadi ahli teknologi di laboratorium, pemimpin jujur di pemerintahan, pengusaha amanah di pasar, dan pendidik visioner di sekolah. Dunia membutuhkan sosok muslim yang mampu menjadi rahmat bagi seluruh alam dengan pemikiran yang luas namun tetap berpijak pada nilai-nilai Islam yang kuat.
Oleh karena itu, mari kita tanamkan dalam diri dan generasi kita bahwa menuntut ilmu agama dan ilmu dunia adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Jangan abaikan salah satunya. Keduanya harus dikejar dengan sungguh-sungguh sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi.

Abi M. Fakri Islami Arif, C.Ht., M.Pd.
Mudir 'Am
Insight Lainnya

